Oleh: Yunzar Lubis
PASAMAN BARAT, - - Terutama di kampung-kampung, polisi menjadi alat bagi orang dewasa untuk menakut-nakuti anak-anak yang berlaku tidak menyenangkan. Semakin dirunut kemasa lalu, grafiknya semakin tinggi kuantitas pelakunya.Semakin terisolir kampungnya, semakin tinggi pula jumlah orang dewasa melakukannya.
Bukan hanya diluar rumah, dalam lingkungan rumahnya pun, ayah atau ibu, cukup masif menakut-nakuti anaknya dengan ancaman, "Nanti kamu ditangkap polisi". Jangankan karena nakal, untuk mendiamkan anaknya yang menangispun, banyak orang tua yang menggunakan keberadaan polisi sebagai ancaman agar anaknya berhenti menangis.
Menurut profesor psikologi dari University of Notre Dame, Darcia Narvaez Ph.D., dampak menakuti anak ternyata bisa sangat traumatis dan memberi pengaruh negatif pada perkembangan kepribadian serta psikologisnya hingga dia dewasa.
Baca juga:
Krikil Tajam Buat Aparatur Sipil Negara
|
Jika terus dilakukan, Si Kecil bisa tumbuh menjadi orang dewasa dengan karakter: kepercayaan diri yang rendah, penakut dan selalu ragu-ragu, kurang berinisiatif, tidak berani menghadapi masalah, cenderung selalu bergantung pada orang lain.
Bukan hanya itu, menurut konsultan psikiater dari University of Santo Tomas, Dr. Bess de Guia, menakut-nakuti juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental pada anak seperti post-traumatic stress disorder serangan panik, hingga gangguan kecemasan.
Bedasarkan pendapat ahli tersebut, dapat ditarik garis logika, menakut-nakuti anak dengan "keberadaan" polisi dapat membentuk karakter anak setelah dewasa yang kepercayaan dirinya rendah jika berhadapan dengan polisi, penakut dan selalu ragu-ragu terhadap polisi, kurang berinisiatif jika berhadapan dengan polisi, tidak berani menghadapi masalah dengan polisi, cenderung selalu tergantung pada orang lain jika bermasalah dengan polisi.
Akumulasi dari karakter-karakter tersebut, membentuk stigma negatif di dalam diri seseorang memandang polisi.
Rupanya, Polri juga terganggu dengan kebiasaan yang jamak terjadi di tengah masyarakat itu. Kepolisian melalui Divisi Humas Polri, meminta kebiasaan itu tidak dilakukan lagi karena memengaruhi citra Polri.
Seperti dalam akun Facebook Divisi Humas Mabes Polri yang diunggah pada Kamis (30/4/2015), kepolisian menyampaikan renungan kepada para pengikut akunnya.
Baca juga:
Tony Rosyid: Puan Makin Terancam?
|
"Masih adakah orang tua yang suka menakut-nakuti anaknya "kalo nakal tak laporin pak polisi, biar ditembak, biar ditangkep"? Sadarkah ayah...ibu...bahwa ini akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan psikologis anak" tulis administrator akun Facebook Divisi Humas Mabes Polri.
Ada pula foto polisi wanita (Polwan) bernama Dara Intan. Di samping polwan itu terdapat sebuah pesan "Ibu & Bapak mohon tidak mengatakan kepada anak ibu dan bapak kalau mereka nakal akan ditembak polisi" demikian isi pesan itu.
Pesan selanjutnya "Kita ingin anak-anak tidak takut kepada kami. Kami manusia biasa, juga punya anak-anak di rumah. Kami Pelindung, Pengayom, dan Pelayan!", tulisnya.
Jadi, jika akhir-akhir ini masih ada orang dewasa yang menakut-nakuti anak kecil dengan membawa-bawa profesi polisi. Atau mungkin Anda pernah menjadi korban hal itu sewaktu kecil, hentikanlah.
Ayo kita lakukan gerakan membangun keyakinan bahwa polisi adalah pelindung, pengayom, dan pelayan kita masyarakat. ***